Kamis, 14 Juni 2012

ASMA’UL HUSNA


by: GPAI SMPN 21 Padang 

A.      Pengertian Asma’ul Husna
Menurut bahasa, asma’ul husna berarti nama-nama yang baik, sedangkan menurut istilah berarti nama-nama baik yang dimiliki Allah sebagai bukti keagungan dan kemuliaan-Nya.
Di dalam al-Qur’an nama-nama yang baik dijelaskan pada Qs. Al-A’raf/7: 180 sebagai berikut :
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
         Artinya :
Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam  nama-nama-Nya . Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”

Kemudian dijelaskan lagi pada hadits Nabi SAW:
 اِنَّ لِلَّهِِ تِسْعَةً وَتِسْعِيْنَ اِسْمًا مِائَةٌ اِلاَّ وَاحِدًا مَنْ اَحْصَاهَا دَخَلَ اْلجَنَّةَ (رواه البخاري ومسلم)
Artinya :
“Sesungguhnya Allah mempunyai 99 nama yaitu 100 kurang 1, barang siapa yang ahshaha akan masuk surga (H.R Bukhori dan Muslim).”


M. Quraish Shihab menyebutkan dalam tafsirnya “Al-Mishbah”, bahwa beragam penafsiran para ulama tentang kata ”ahshaha” dalam hadis di atas. Ada yang menafsirkan dengan memahami maknanya dan mempercayainya, menghafal, memahami makna dan mengamalkannya, atau ada pula yang menafsirkan mampu melaksanakan kandungan-Nya serta berakhlak dengan nama-nama itu.
Dengan demikian, meskipun kita tidak bisa memiliki sifat sebagaimana yang terkandung dalam asma’ul husna tersebut, tetapi kita mesti berupaya untuk meneladaninya. Oleh karena itu, pemahaman terhadap asma’ul husna perlu dilakukan sehingga dengan pemahaman tersebut kita dapat meneladaninya sesuai dengan kadar kemampuan kita. Adapun cara meneladaninya adalah dengan bersikap sesuai dengan asma’ul husna itu. Jika Allah ar-Rahman (Maha Penyayang), maka kita pun harus bersikap sayang kepada sesama, jika Allah al-Ghafur (Maha Pengampun), maka kita harus suka memaafkan sesama, begitu seterusnya.

B.     Ayat-ayat yang berkenaan dengan 10 Asma’ul Husna
1)      Surat al-Hasyr/59: 23               : as-Salam
2)      Surat al-Hasyr/59:  24              : al-Khaliq
3)      Surat al-Ankabut/29: 42                       : al-Aziz
4)      Surat Thaha/20: 82                              : al-Ghaffar
5)      Surat Ali-Imran/3 : 8                            : al-Wahhab
6)      Surat Saba’/34: 26                               : al-Fattah
7)      Surat al-Baqarah/2 : 255                      : al-Qayyum
8)      Surat al-Qashash/28: 56                       : al-Hadi
9)      Surat Fushshilat/41:46             : al-‘Adl
10)  Surat al-Anfal/8: 46                             : as-Shabur

1.      Dalil naqli as-Salam, Qs. Al Hasyr/59: 23.
هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ(23)
Artinya :

“Dialah Allah yang tiada Tuhan selain dia, Raja, Yang Maha Suci, yang Maha Sejahtera, yang mengaruniakan, keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha Perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.”
2. Dalil naqli al-Khaliq, QS. Al-Hasyr/59: 24

هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ(24)
Artinya :

“Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepada-Nya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

3. Dalil naqli al-Aziz, Qs. Al-Ankabut/29: 42

إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مِنْ شَيْءٍ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ(42)
Artinya :

“Sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang mereka  seru  selain  Allah. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

4. Dalil naqli al-Ghaffar, Qs. Thaha/20: 82

وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِمَنْ تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدَى(82)
Artinya :
Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman,  beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.

5. Dalil naqli al-Wahhab, Qs. Ali Imran/3: 8

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ(8)
Artinya :
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi”

6. Dalil naqli al-Fattah, Qs. Saba’/34: 26

قُلْ يَجْمَعُ بَيْنَنَا رَبُّنَا ثُمَّ يَفْتَحُ بَيْنَنَا بِالْحَقِّ وَهُوَ الْفَتَّاحُ الْعَلِيمُ(26)
Artinya :
Katakanlah: "Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi keputusan antara kita dengan benar. Dan Dia-lah Maha Pemberi keputusan lagi Maha Mengetahui".





7. Dalil naqli al-Qayyum, Qs. Al-Baqarah/2: 255

اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ(255(
Artinya :

“Allah, tidak ada Tuhan  melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus ; tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi  Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.

8. Dalil naqli al-Hadi, al-Qashash/28: 56

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ(56)
Artinya :
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.

9. Dalil naqli al’Adl, Fushshilat/41:46
مَنْ عَمِلَ صَالِحاً فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاء فَعَلَيْهَا وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيدِ
Artinya:
Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hambaNya.

10. Dalil naqli as-Shabur, al-Anfal/8: 46
وَأَطِيعُواْ اللّهَ وَرَسُولَهُ وَلاَ تَنَازَعُواْ فَتَفْشَلُواْ وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُواْ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
Artinya:
Dan ta'atlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.


C.     Memahami dan Mengamalkan Isi kandungan 10 Asma’ul Husna
1)      As-Salam (السَّلاَمُ)
            As-Salam artinya Maha Selamat atau Maha Sejahtera. Kata as-Salam ini hanya terdapat sekali dalam al-Qur’an, yaitu surat al-Hasyr/59 ayat 23. Kata as-Salam memiliki beberapa pengertian, di antaranya:
a.       Allah terhindar dari aib dan kekurangan.
b.      Hanya Allahlah yang menyelamatkan makhluk-Nya dari siksa neraka.
c.       Dialah yang memberi salam kepada hamba-hambaNya kelak di surga, sebagaimana yang dijelaskan dalam surat Yasin/36 ayat 58:
سَلَامٌ قَوْلاً مِن رَّبٍّ رَّحِيمٍ
Artinya:
(Kepada mereka dikatakan): "Salam", sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.
Kemudian, as-Salam juga menunjukkan bahwa Allah itu merupakan sumber kesalamatan. Hanya Dia yang akan menyelematkan para hamba-Nya dari berbagai kesulitan. Oleh karena itu, kita harus memiliki sifat menyelamatkan, seperti berupaya untuk menyelematkan diri sendiri dari siksa api neraka dengan menjalankan segala perintah Allah. Lalu suka menyelematkan orang lain dengan berbuat baik kepadanya.

2)      Al-Khaliq (الخَالِقُ)
Al-Khaliq artinya Maha Pencipta. Allah bisa menciptakan sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada. Kemudian ciptaan Allah tidak mencontoh kepada sesuatu, sebab hanya Dialah yang dapat menciptakan. Penciptaan tersebut tidak pula terbatas dan terpaksa. Dia menciptakan sesuatu berdasarkan kehendak-Nya dan ciptaan tersebut pasti mengandung manfaat. Sebagaimana firman-Nya dalam surat Ali Imran/3 ayat 191:
...رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذا بَاطِلاً...
"...Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,..”

Manusia tidak bisa menciptakan, melainkan menemukan. Oleh sebab itu, para ahli sains sekalipun tidak disebut sebagai “pencipta” melainkan sebagai “penemu”. Meskipun demikian, sifat ini bisa diteladani dengan berupaya menjadi kreatif dan inovatif dalam melakukan hal-hal yang bermanfaat dalam kehidupan di buka bumi ini. Sebab, kita diamanahkan sebagai khalifah fil ardhi. Di sisi lain, kita juga telah dianugerahkan Allah akal pikiran. Dengan akal tersebut, kita bisa menemukan penemuan-penemuan baru yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat. Tentunya hal itu bisa diperoleh dengan bersungguh-sungguh menuntut ilmu.

3)      Al-Aziz (العَزِيْزُ)
Al-Aziz artinya Maha Perkasa. Keperkasaan Allah tidak terbatas. Dengan keperkasaan itu, Dia dapat melakukan apa saja sesuai dengan kehendak-Nya. Allah Maha perkasa dalam menciptakan sesuatu atau menghancurkan sesuatu juga berdasarkan kehendak-Nya. Sebagai contoh, seseorang bisa meninggal tanpa seorang pun dapat mencegahnya. Berbagai bencana alam yang kadang merenggut banyak nyawa juga sebagian bukti akan Maha Keperkasaan-Nya.
Belajar dari sifat ini, hendaklah kita bersikap kuat, tegas, dan perkasa dalam menegakkan yang hak dan menghancurkan yang batil. Kita tidak boleh berisfat lemah dalam menghadapi berbagai cobaan hidup. Kita juga tidak boleh lemah dari godaan syetan yang selalu berusaha menyesatkan manusia. Sebagai seorang pelajar, hendaklah rajin menuntut ilmu dengan semangat yang kuat. Dengan meneladani sifat al-Aziz ini, pambangunan bangsa Indonesia kepada yang bangsa yang berperadaban maju niscaya akan dapat terwujud.

4)      Al-Ghaffar (الغَفَّارُ)
Al-Ghaffar artinya Maha Pengampun. Hanya Allah yang dapat mengampuni dosa-dosa hamba-Nya. Sebesar apapun dosa seorang hamba, jika ia bertaubat dan memohon ampun, maka dosa tersebut dapat diampuni oleh Allah SWT. 
Kata Al-Ghaffar atau al-Ghafur diambil dari kata “ghafara” yang artinya menutup. Maksudnya, Allah akan menutup aib seorang hamba dengan berbagai cara sebagai bukti Dia bersifat al-Ghaffar. Dengan al-Ghaffar itu, Allah selalu menutupi aib hamba-Nya, bahkan banyak keburukan manusia yang tidak diketahui orang lain. Allah juga menutupi kekurangan-kekurangan yang ada pada setiap diri manusia dengan cara melengkapinya dengan berbagai kelebihan.
Bersikap sesuai dengan al-Ghaffar dapat dilakukan dengan memperbanyak istighfar kepada Allah SWT. Sebanyak apapun dosa yang telah kita lakukan, jangan pernah berputus asa untuk meraih ampunan-Nya. Sebaliknya, berupayalah untuk tidak melakukan kesalahan sebab kita tidak mengetahui apakah masih ada kesempatan buat kita untuk meminta ampun kepada-Nya sebelum ajal tiba. Kemudian, sifat al-Ghaffar juga dapat diteladani dengan cara mudah memaafkan kesalahan orang lain, meskipun orang tidak tersebut tidak meminta maaf, apalagi meminta maaf.

5)      Al-Wahhab (الوَهَّابُ)
Al-Wahhab artinya Maha Pemberi Karunia. Karunia Allah yang diberikan kepada makhluk-Nya beraneka macam. Dia Maha Pemberi kepada semua makhluknya. Air, tanah, udara, angin, api dan sebagainya semuanya itu diberikan secara cuma-cuma kepada kita. Allah tidak pernah meminta bayaran untuk air yang kita minum, udara yang kita hirup, atau tidak pernah meminta pajak atas tanah yang kita pakai. Bahkan pemberian Allah selalu terlimpah kepada orang-orang yang berbuat maksiat sekalipun. Itulah makna al-Wahhab sebenarnya, yaitu memberi tanpa mengharapkan sesuatu. Oleh karena itu manusia tidak bisa disebut al-Wahhab, karena sekecil apapun pemberian manusia akan diiringi dengan tujuan tertentu, apakah ingin mengharapkan pahala, pujian, persahabatan, dan sebagainya.
Bersikap sesuai dengan al-Wahhab dapat dilakukan dengan bersifat pemurah baik dalam memberi rezeki maupun pengetahuan dan hal-hal yang bermanfaat lainnya tanpa mengharapkan imbalan darinya. Kita tidak boleh kikir terhadap orang lain, terutama kepada orang-orang yang sangat membutuhkan.

6)      Al-Fattah (الفَتَّاحُ)
Al-Fattah artinya Maha Pemberi Keputusan. Dialah yang akan memberikan keputusan kepada akhir hidup manusia, baik atau buruk. Namun keputusan itu tentulah bersifat adil. Kebaikan akan dibalas dengan kebaikan dan keburukan akan dibalas pula dengan keburukan. Selain itu, al-Fattah juga bisa diartikan “Maha Pembuka Rahmat”, di mana Allah adalah Tuhan yang senantiasa memberikan rahmat kepada segenap makhluk-Nya.
Bersikap dengan al-Fattah dapat ditunjukkan dengan sikap tegas dan adil dalam mengambil keputusan. Jika ada persoalan yang dihadapi, maka ambillah keputusan yang adil dan bersifat logis serta menghindarkan dari sesuatu yang mengandung mudharat.

7)      Al-Qayyum (القَيُّوْمُ)
Al-Qayyum artinya Maha Tegak atau Maha Berdiri Sendiri. Allah Maha Kekal dan terus menerus mengurus makhluk-Nya. Dia tidak membutuhkan bantuan dari pihak lain dalam menciptakan, mengurus dan memelihara ciptaan-Nya.
Dengan al-Qayyum ini, kita dapat menunjukkan sikap mandiri dalam menjalankan kehidupan ini. Kita memang makhluk sosial yang saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya, akan tetapi hubungan sosial tersebut tidak menjadi alasan untuk tergantung kepada orang lain. Hubungan sosial mesti dijalin dengan baik, tetapi sikap mandiri perlu ditanamkan dalam kehidupan sehingga hidup kita tidak menjadi beban orang lain.

8)      Al-Hadi (الهَادِى)
Al-Hadi artinya Maha Pemberi Petunjuk. Allah SWT yang dapat memberi petunjuk atau hidayah kepada hamba-Nya sesuai dengan kehendak-Nya. Petunjuk yang paling berharga berupa agama sehingga seorang selamat dalam kehidupannya baik di dunia maupun di akhirat kelak. Hidayah tersebut akan dapat diperoleh dengan cara berupaya mengamalkan segala perintah-Nya dan mengharapkan hidayah tersebut.
Sikap yang dapat ditampilkan dari sifat ini dapat ditunjukkan dengan gemar membantu orang lain dan memberikan petunjuk kepada orang-orang yang membutuhkan.

9)      Al-‘Adl (العَدْلُ)
Al-‘Adl artinya Maha Adil. Allah sangat adil dalam segala apa yang Dia lakukan. Keadilan tersebut sangat sempurna tanpa ada cacat sekalipun. Keadilan Allah itu diberikan kepada seluruh makhluk-Nya tanpa pilih kasih. Perhatikalah, setiap manusia yang Dia ciptakan memiliki kelebihan dan kekurangan. Karena memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda, maka manusia mesti saling membantu dan saling melengkapi antara satu dengan yang lain. Keadilan Allah juga terbukti dalam memberikan balasan kepada perbuatan manusia. Jika perbuatan manusia baik, maka Allah akan membalasinya dengan kenikmatan yang sempurna, sebaliknya jika manusia mengingkari-Nya maka siksaan yang pedih akan diterimanya.
Oleh karena itu, kita juga mesti berupaya untuk adil dalam kehidupan ini, baik adil kepada diri sendiri dengan memenuhi hak lahir dan batin diri kita, maupun adil kepada orang lain. Bahkan keadilan juga menjadi modal utama untuk membangun bangsa yang berperadaban tinggi.
10)  As-Shabur (الصَّبُوْرُ)
As-Shabur artinya Maha Sabar. Allah memiliki sifat sabar yang sempurna. Dia sangat sabar melakukan sesuatu, Dia melakukan semuanya sesuai dengan ketentuan yang ada, Dia tidak mempercepat waktunya sehingga tergesa-gesa. Dia juga sangat sabar melihat perangai makhluk-Nya. Meskipun manusia banyak yang kufur terhadap nikmat yang dikaruniakan-Nya, akan tetapi Allah kerap kali tidak menimpakan bala bencana secara langsung.
Dengan demikian, kita harus bersikap sabar dalam menjalani kehidupan ini. Berbagai kesulitan yang dirasakan mesti dihadapi dengan sifat sabar. Sabar juga dibutuhkan dalam menjaga dan memelihara diri dari perbuatan-perbuatan maksiat. Bahkan dalam beribadah pun dituntut untuk bersifat sabar sehingga ibadah yang dilakukan berkualitas.

0 komentar:

Posting Komentar

SILAHKAN DIISI JAWABAN ANANDA DI KOLOM KOMENTAR DENGAN LENGKAP

Popular Posts