by: GPAI SMPN 21 Padang
A. Pengertian Asma’ul Husna
Menurut bahasa, asma’ul husna berarti nama-nama
yang baik, sedangkan menurut istilah berarti nama-nama baik yang dimiliki Allah
sebagai bukti keagungan dan kemuliaan-Nya.
Di dalam al-Qur’an nama-nama yang baik
dijelaskan pada Qs. Al-A’raf/7: 180 sebagai berikut :
وَلِلَّهِ
الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي
أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Artinya
:
“Hanya
milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut
asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran
dalam nama-nama-Nya . Nanti mereka akan
mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”
Kemudian dijelaskan lagi pada hadits Nabi SAW:
اِنَّ لِلَّهِِ تِسْعَةً وَتِسْعِيْنَ اِسْمًا
مِائَةٌ اِلاَّ وَاحِدًا مَنْ اَحْصَاهَا دَخَلَ اْلجَنَّةَ (رواه البخاري ومسلم)
Artinya
:
“Sesungguhnya
Allah mempunyai 99 nama yaitu 100 kurang 1, barang siapa yang ahshaha akan masuk surga (H.R Bukhori dan
Muslim).”
M. Quraish Shihab menyebutkan dalam tafsirnya
“Al-Mishbah”, bahwa beragam penafsiran para ulama tentang kata ”ahshaha”
dalam hadis di atas. Ada yang menafsirkan dengan memahami maknanya dan
mempercayainya, menghafal, memahami makna dan mengamalkannya, atau ada pula
yang menafsirkan mampu melaksanakan kandungan-Nya serta berakhlak dengan
nama-nama itu.
Dengan demikian, meskipun kita tidak bisa
memiliki sifat sebagaimana yang terkandung dalam asma’ul husna tersebut, tetapi
kita mesti berupaya untuk meneladaninya. Oleh karena itu, pemahaman terhadap
asma’ul husna perlu dilakukan sehingga dengan pemahaman tersebut kita dapat
meneladaninya sesuai dengan kadar kemampuan kita. Adapun cara meneladaninya
adalah dengan bersikap sesuai dengan asma’ul husna itu. Jika Allah ar-Rahman
(Maha Penyayang), maka kita pun harus bersikap sayang kepada sesama, jika Allah
al-Ghafur (Maha Pengampun), maka kita harus suka memaafkan sesama, begitu
seterusnya.
B. Ayat-ayat yang berkenaan dengan 10 Asma’ul
Husna
1)
Surat al-Hasyr/59: 23 :
as-Salam
2)
Surat al-Hasyr/59:
24 : al-Khaliq
3)
Surat al-Ankabut/29: 42 :
al-Aziz
4)
Surat Thaha/20: 82 :
al-Ghaffar
5)
Surat Ali-Imran/3 : 8 :
al-Wahhab
6)
Surat Saba’/34: 26 :
al-Fattah
7)
Surat al-Baqarah/2 : 255 :
al-Qayyum
8)
Surat al-Qashash/28: 56 :
al-Hadi
9)
Surat Fushshilat/41:46 :
al-‘Adl
10) Surat al-Anfal/8: 46 : as-Shabur
1.
Dalil naqli as-Salam, Qs. Al Hasyr/59: 23.
هُوَ
اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ
الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ
اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ(23)
Artinya :
“Dialah Allah yang tiada Tuhan selain dia,
Raja, Yang Maha Suci, yang Maha Sejahtera, yang mengaruniakan, keamanan, yang
Maha Memelihara, yang Maha Perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala
keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.”
2. Dalil naqli al-Khaliq,
QS. Al-Hasyr/59: 24
هُوَ
اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى
يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ
الْحَكِيمُ(24)
Artinya :
“Dialah
Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai
Asmaaul Husna. Bertasbih kepada-Nya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah
Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
3. Dalil naqli al-Aziz,
Qs. Al-Ankabut/29: 42
إِنَّ
اللَّهَ يَعْلَمُ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مِنْ شَيْءٍ وَهُوَ الْعَزِيزُ
الْحَكِيمُ(42)
Artinya :
“Sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang
mereka seru selain
Allah. Dan Dia Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.”
4. Dalil naqli al-Ghaffar,
Qs. Thaha/20: 82
وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِمَنْ تَابَ وَءَامَنَ
وَعَمِلَ صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدَى(82)
Artinya :
Dan
sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang
benar.
5. Dalil naqli al-Wahhab,
Qs. Ali Imran/3: 8
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ
هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ(8)
Artinya :
"Ya
Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah
Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari
sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi”
6. Dalil naqli al-Fattah,
Qs. Saba’/34: 26
قُلْ يَجْمَعُ بَيْنَنَا رَبُّنَا ثُمَّ يَفْتَحُ
بَيْنَنَا بِالْحَقِّ وَهُوَ الْفَتَّاحُ الْعَلِيمُ(26)
Artinya :
Katakanlah: "Tuhan
kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi keputusan antara kita
dengan benar. Dan Dia-lah Maha Pemberi keputusan lagi Maha Mengetahui".
7. Dalil naqli al-Qayyum,
Qs. Al-Baqarah/2: 255
اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ
الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا
فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا
بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ
عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا
يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ(255(
Artinya :
“Allah,
tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup
kekal lagi terus menerus mengurus ; tidak mengantuk dan tidak tidur.
Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at
di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka
dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah
melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi
Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara
keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
8. Dalil naqli al-Hadi, al-Qashash/28: 56
إِنَّكَ
لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ
بِالْمُهْتَدِينَ(56)
Artinya
:
“Sesungguhnya
kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi
Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih
mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.
9. Dalil naqli al’Adl, Fushshilat/41:46
مَنْ
عَمِلَ صَالِحاً فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاء فَعَلَيْهَا وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ
لِّلْعَبِيدِ
Artinya:
Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh
maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan
jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu
menganiaya hamba-hambaNya.
10. Dalil naqli as-Shabur, al-Anfal/8: 46
وَأَطِيعُواْ
اللّهَ وَرَسُولَهُ وَلاَ تَنَازَعُواْ فَتَفْشَلُواْ وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ
وَاصْبِرُواْ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
Artinya:
Dan ta'atlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan
janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan
hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
sabar.
C. Memahami dan Mengamalkan Isi kandungan 10
Asma’ul Husna
1)
As-Salam (السَّلاَمُ)
As-Salam
artinya Maha Selamat atau Maha Sejahtera. Kata as-Salam ini hanya terdapat
sekali dalam al-Qur’an, yaitu surat al-Hasyr/59 ayat 23. Kata as-Salam
memiliki beberapa pengertian, di antaranya:
a.
Allah terhindar dari aib dan kekurangan.
b.
Hanya Allahlah yang menyelamatkan makhluk-Nya dari siksa
neraka.
c.
Dialah yang memberi salam kepada hamba-hambaNya kelak di
surga, sebagaimana yang dijelaskan dalam surat Yasin/36 ayat 58:
سَلَامٌ قَوْلاً مِن رَّبٍّ رَّحِيمٍ
Artinya:
(Kepada mereka dikatakan): "Salam", sebagai
ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.
Kemudian, as-Salam juga menunjukkan bahwa Allah itu
merupakan sumber kesalamatan. Hanya Dia yang akan menyelematkan para hamba-Nya
dari berbagai kesulitan. Oleh karena itu, kita harus memiliki sifat
menyelamatkan, seperti berupaya untuk menyelematkan diri sendiri dari siksa api
neraka dengan menjalankan segala perintah Allah. Lalu suka menyelematkan orang lain
dengan berbuat baik kepadanya.
2)
Al-Khaliq (الخَالِقُ)
Al-Khaliq artinya Maha Pencipta. Allah bisa menciptakan
sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada. Kemudian ciptaan Allah tidak mencontoh
kepada sesuatu, sebab hanya Dialah yang dapat menciptakan. Penciptaan tersebut
tidak pula terbatas dan terpaksa. Dia menciptakan sesuatu berdasarkan
kehendak-Nya dan ciptaan tersebut pasti mengandung manfaat. Sebagaimana
firman-Nya dalam surat Ali Imran/3 ayat 191:
...رَبَّنَا
مَا خَلَقْتَ هَذا بَاطِلاً...
"...Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia,..”
Manusia tidak bisa menciptakan, melainkan menemukan. Oleh
sebab itu, para ahli sains sekalipun tidak disebut sebagai “pencipta” melainkan
sebagai “penemu”. Meskipun demikian, sifat ini bisa diteladani dengan berupaya
menjadi kreatif dan inovatif dalam melakukan hal-hal yang bermanfaat dalam
kehidupan di buka bumi ini. Sebab, kita diamanahkan sebagai khalifah fil
ardhi. Di sisi lain, kita juga telah dianugerahkan Allah akal pikiran.
Dengan akal tersebut, kita bisa menemukan penemuan-penemuan baru yang
bermanfaat bagi kemaslahatan umat. Tentunya hal itu bisa diperoleh dengan
bersungguh-sungguh menuntut ilmu.
3)
Al-Aziz (العَزِيْزُ)
Al-Aziz artinya Maha Perkasa. Keperkasaan Allah tidak
terbatas. Dengan keperkasaan itu, Dia dapat melakukan apa saja sesuai dengan
kehendak-Nya. Allah Maha perkasa dalam menciptakan sesuatu atau menghancurkan
sesuatu juga berdasarkan kehendak-Nya. Sebagai contoh, seseorang bisa meninggal
tanpa seorang pun dapat mencegahnya. Berbagai bencana alam yang kadang
merenggut banyak nyawa juga sebagian bukti akan Maha Keperkasaan-Nya.
Belajar dari sifat ini, hendaklah kita bersikap kuat,
tegas, dan perkasa dalam menegakkan yang hak dan menghancurkan yang batil. Kita
tidak boleh berisfat lemah dalam menghadapi berbagai cobaan hidup. Kita juga
tidak boleh lemah dari godaan syetan yang selalu berusaha menyesatkan manusia.
Sebagai seorang pelajar, hendaklah rajin menuntut ilmu dengan semangat yang
kuat. Dengan meneladani sifat al-Aziz ini, pambangunan bangsa Indonesia kepada
yang bangsa yang berperadaban maju niscaya akan dapat terwujud.
4)
Al-Ghaffar (الغَفَّارُ)
Al-Ghaffar artinya Maha Pengampun. Hanya Allah yang dapat
mengampuni dosa-dosa hamba-Nya. Sebesar apapun dosa seorang hamba, jika ia
bertaubat dan memohon ampun, maka dosa tersebut dapat diampuni oleh Allah
SWT.
Kata Al-Ghaffar atau al-Ghafur diambil dari kata
“ghafara” yang artinya menutup. Maksudnya, Allah akan menutup aib seorang hamba
dengan berbagai cara sebagai bukti Dia bersifat al-Ghaffar. Dengan al-Ghaffar
itu, Allah selalu menutupi aib hamba-Nya, bahkan banyak keburukan manusia yang
tidak diketahui orang lain. Allah juga menutupi kekurangan-kekurangan yang ada
pada setiap diri manusia dengan cara melengkapinya dengan berbagai kelebihan.
Bersikap sesuai dengan al-Ghaffar dapat dilakukan dengan
memperbanyak istighfar kepada Allah SWT. Sebanyak apapun dosa yang telah kita
lakukan, jangan pernah berputus asa untuk meraih ampunan-Nya. Sebaliknya,
berupayalah untuk tidak melakukan kesalahan sebab kita tidak mengetahui apakah
masih ada kesempatan buat kita untuk meminta ampun kepada-Nya sebelum ajal
tiba. Kemudian, sifat al-Ghaffar juga dapat diteladani dengan cara mudah
memaafkan kesalahan orang lain, meskipun orang tidak tersebut tidak meminta
maaf, apalagi meminta maaf.
5)
Al-Wahhab (الوَهَّابُ)
Al-Wahhab artinya Maha Pemberi Karunia. Karunia Allah
yang diberikan kepada makhluk-Nya beraneka macam. Dia Maha Pemberi kepada semua
makhluknya. Air, tanah, udara, angin, api dan sebagainya semuanya itu diberikan
secara cuma-cuma kepada kita. Allah tidak pernah meminta bayaran untuk air yang
kita minum, udara yang kita hirup, atau tidak pernah meminta pajak atas tanah
yang kita pakai. Bahkan pemberian Allah selalu terlimpah kepada orang-orang
yang berbuat maksiat sekalipun. Itulah makna al-Wahhab sebenarnya, yaitu
memberi tanpa mengharapkan sesuatu. Oleh karena itu manusia tidak bisa disebut
al-Wahhab, karena sekecil apapun pemberian manusia akan diiringi dengan tujuan
tertentu, apakah ingin mengharapkan pahala, pujian, persahabatan, dan
sebagainya.
Bersikap sesuai dengan al-Wahhab dapat dilakukan dengan
bersifat pemurah baik dalam memberi rezeki maupun pengetahuan dan hal-hal yang
bermanfaat lainnya tanpa mengharapkan imbalan darinya. Kita tidak boleh kikir
terhadap orang lain, terutama kepada orang-orang yang sangat membutuhkan.
6)
Al-Fattah (الفَتَّاحُ)
Al-Fattah artinya Maha Pemberi Keputusan. Dialah yang
akan memberikan keputusan kepada akhir hidup manusia, baik atau buruk. Namun keputusan
itu tentulah bersifat adil. Kebaikan akan dibalas dengan kebaikan dan keburukan
akan dibalas pula dengan keburukan. Selain itu, al-Fattah juga bisa diartikan
“Maha Pembuka Rahmat”, di mana Allah adalah Tuhan yang senantiasa memberikan
rahmat kepada segenap makhluk-Nya.
Bersikap dengan al-Fattah dapat ditunjukkan dengan sikap
tegas dan adil dalam mengambil keputusan. Jika ada persoalan yang dihadapi,
maka ambillah keputusan yang adil dan bersifat logis serta menghindarkan dari
sesuatu yang mengandung mudharat.
7)
Al-Qayyum (القَيُّوْمُ)
Al-Qayyum artinya Maha Tegak atau Maha Berdiri Sendiri.
Allah Maha Kekal dan terus menerus mengurus makhluk-Nya. Dia tidak membutuhkan
bantuan dari pihak lain dalam menciptakan, mengurus dan memelihara ciptaan-Nya.
Dengan al-Qayyum ini, kita dapat menunjukkan sikap
mandiri dalam menjalankan kehidupan ini. Kita memang makhluk sosial yang saling
membutuhkan antara satu dengan yang lainnya, akan tetapi hubungan sosial
tersebut tidak menjadi alasan untuk tergantung kepada orang lain. Hubungan
sosial mesti dijalin dengan baik, tetapi sikap mandiri perlu ditanamkan dalam
kehidupan sehingga hidup kita tidak menjadi beban orang lain.
8)
Al-Hadi (الهَادِى)
Al-Hadi artinya Maha Pemberi Petunjuk. Allah SWT yang
dapat memberi petunjuk atau hidayah kepada hamba-Nya sesuai dengan
kehendak-Nya. Petunjuk yang paling berharga berupa agama sehingga seorang
selamat dalam kehidupannya baik di dunia maupun di akhirat kelak. Hidayah
tersebut akan dapat diperoleh dengan cara berupaya mengamalkan segala
perintah-Nya dan mengharapkan hidayah tersebut.
Sikap yang dapat ditampilkan dari sifat ini dapat
ditunjukkan dengan gemar membantu orang lain dan memberikan petunjuk kepada
orang-orang yang membutuhkan.
9)
Al-‘Adl (العَدْلُ)
Al-‘Adl artinya Maha Adil. Allah sangat adil dalam segala
apa yang Dia lakukan. Keadilan tersebut sangat sempurna tanpa ada cacat
sekalipun. Keadilan Allah itu diberikan kepada seluruh makhluk-Nya tanpa pilih
kasih. Perhatikalah, setiap manusia yang Dia ciptakan memiliki kelebihan dan
kekurangan. Karena memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda, maka
manusia mesti saling membantu dan saling melengkapi antara satu dengan yang
lain. Keadilan Allah juga terbukti dalam memberikan balasan kepada perbuatan
manusia. Jika perbuatan manusia baik, maka Allah akan membalasinya dengan
kenikmatan yang sempurna, sebaliknya jika manusia mengingkari-Nya maka siksaan
yang pedih akan diterimanya.
Oleh karena itu, kita juga mesti berupaya untuk adil
dalam kehidupan ini, baik adil kepada diri sendiri dengan memenuhi hak lahir
dan batin diri kita, maupun adil kepada orang lain. Bahkan keadilan juga
menjadi modal utama untuk membangun bangsa yang berperadaban tinggi.
10)
As-Shabur (الصَّبُوْرُ)
As-Shabur artinya Maha Sabar.
Allah memiliki sifat sabar yang sempurna. Dia sangat sabar melakukan sesuatu,
Dia melakukan semuanya sesuai dengan ketentuan yang ada, Dia tidak mempercepat
waktunya sehingga tergesa-gesa. Dia juga sangat sabar melihat perangai
makhluk-Nya. Meskipun manusia banyak yang kufur terhadap nikmat yang
dikaruniakan-Nya, akan tetapi Allah kerap kali tidak menimpakan bala bencana
secara langsung.
Dengan demikian, kita
harus bersikap sabar dalam menjalani kehidupan ini. Berbagai kesulitan yang
dirasakan mesti dihadapi dengan sifat sabar. Sabar juga dibutuhkan dalam
menjaga dan memelihara diri dari perbuatan-perbuatan maksiat. Bahkan dalam
beribadah pun dituntut untuk bersifat sabar sehingga ibadah yang dilakukan
berkualitas.
0 komentar:
Posting Komentar
SILAHKAN DIISI JAWABAN ANANDA DI KOLOM KOMENTAR DENGAN LENGKAP