A. Misi Kerasulan Nabi Muhammad Saw.
1. Menyempurnakan akhlak manusia
Salah satu misi terpenting Rasulullah SAW adalah menyempurnakan akhlak manusia. Hal ini ditegaskan oleh Nabi sendiri:
إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ مَكَارِمَ اْلاَخْلاَقِ
Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak. (H.R. Bukhari dan Muslim).
Dalam catatan sejarah, masyarakat Arab sebelum kelahiran Muhammad dikenal dengan masyarakat jahiliyah yang artinya bodoh. Kebodohan itu bukan dari kemampuan otaknya, akan tetapi jahiliyah itu tampak dalam persoalan aqidah dan akhlaknya. Setelah diangkatnya Muhammad sebagai nabi dan rasul, perubahan besar telah terjadi di masyarakat Arab. Kemuliaan akhlak para sahabat telah tertulis dalam tinta emas sejarah yang hingga saat ini bisa diteladani oleh generasi-generasi sesudahnya.
Keberhasilan tersebut dapat diraih dengan kepribadian mulia yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW. Mengenai kepribadian yang mulia ini, Allah memujinya dalam firman-Nya surat Qalam/68: ayat 4:
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
Artinya:
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.
Dalam banyak literatur disebutkan bahwa semasa hidupnya, Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai seorang yang penyayang, suami yang bertanggung jawab terhadap istri dan anak-anaknya, serta sebagai sahabat yang tulus dan setia. Sebagai seorang pemimpin, beliau juga sebagai seorang perwira yang gagah dan pemberani, komandan militer yang cakap, administrator yang piawai, hakim yang adil, negarawan yang ulung, dan kepribadian yang luhur.
Nabi Muhammad SAW juga dikenal dekat dengan kaum mustadh’afin (orang-orang yang lemah), seperti fakir miskin dan orang-orang tertindas lainnya. Beliau sangat memperhatikan dan menyayangi mereka. Dia juga tidak pernah dendam kepada orang lain, walaupun orang itu telah menyakitinya. Bahkan ketika orang-orang kafir Quraisy menteror dan menyakiti Nabi, beliau malah mendo’akan mereka:
رَبِّ اغْفِرْ لِقَوْمِي فَإِنَّهُمْ لاَيَعْلَمُوْنَ (رواه مسلم)
Artinya:
Wahai Tuhanku, ampunilah dosa-dosa kaumku karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui. (H.R. Bukhari)
Keluhuran akhlak Nabi Muhammad SAW, ketulusan hati, keadilan sikap, kepekaan rasa, keteguhan, dan kesungguhannya dalam menjalankan tugas dan misi yang diamanahkan Allah kepada dirinya merupakan karakter Nabi yang khas. Kesederhanaan hidup dan kasih sayang merupaka sifat-sifat yang menyatu dalam kepribadiannya. Terutama kepada orang-oranng yang beriman, nabi sangat mencintai mereka. Hal ini ditegaskan Allah dalam al-Qur’an:
لَقَدْ جَاءكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
Artinya:
Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (Qs. At-Taubah/9: 128)
Dalam mengajak kaumnya untuk mengerjakan amal kebaikan, nabi selalu mendahulukan contoh teladan yang jelas. Dengan demikian, apa yang diperinntahkan beliau dapat dikerjakan dengan mudah oleh umatnya. Mereka mengerjakan perintah itu dengan senang tanpa ada keraguan, kebimbangan dan keterpaksaan.
Jadi, dengan kesempurnaan akhlak yang dimilikinya, Rasulullah SAW menjadi teladan bagi seluruh umat. Mengenai keteladanan ini, Allah juga berfirman dalam surat al-Ahzab/33 ayat 21:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Keteladanan inilah yang menjadi modal utama dalam mendidik akhlak manusia. Keteladanan tersebut dapat ditelaah dalam kitab-kitab sejarah dan penjelasan para sahabat.
2. Membangun manusia yang mulia dan bermanfaat.
Dengan kemuliaan akhlak Rasulullah, ia juga memiliki misi untuk membangun manusia yang mulia dan bermanfaat. Misi tersebut dapat dilihat dari beberapa konsep ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW di antaranya sebagai berikut:
a. Manusia memiliki darajat yang sama, yang membedakannya hanyalah kualitas ketakwaannya saja.
Misi nabi untuk memuliakan manusia terlihar dari perjuangannnya dalam menghapus perbedaan kasta sosial. Misi ini merupakan misi yang sangat penting dan menonjol sekaligus membawa dampak positif yang amat luas. Nabi menghilangkan jurang pemisah antara sesama anggota masyarakat yang didasarkan harta kekayaan, jabatan, keturunan, termasuk warna kulit. Mereka semua memiliki derajat yang sama, sedangkan yang membedakan kemuliaan mereka hanyalah kualitas ketakwaan kepada Allah SWT. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
Artinya:
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. (Qs. Al-Hujurat: 13)
Perlu pula ditegaskan bahwa ketakwaan seseorang hanya dapat dilihat oleh Allah Ta’ala. Oleh karena itu, jangan merendahkan seseorang, siapa tahu dia lebih bertakwa dari pada kita.
b. Manusia dipandang sebagai makhluk yang paling baik diciptakan sekaligus sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya di muka bumi.
Dalam ajaran Islam, manusia adalah makhluk yang paling mulia di antara makhluk lain, sebab ia diciptakan dengan bentuk yang sebaik-baiknya dan berfungsi sebagai hamba-Nya sekaligus sebagai khalifah fil-ardhi. Sebagai hamba Allah, manusia mesti beribadah kepada Allah baik secara khusus, seperti shalat, zakat, puasa, haji dan sebagainya; maupun secara umum, yaitu melakukan segala aktivitas sesuai dengan perintah Allah atau tidak bertentangan dengan perintah-Nya. Sementara manusia sebagai khalifah fil ardhi menunjukkan bahwa manusia mesti bertanggung jawab mengelola alam sekitarnya secara baik untuk kemaslahatan umat dan menegakkan agama Allah. Khalifah fil ardhi merupakan tugas yang amat mulia dan hanya diberikan kepada makhluk Allah yang bernama “manusia”.
Kemudian, Allah juga memberikan bentuk yang amat baik bagi manusia. Hal ini ditegaskan Allah dalam firman-Nya:
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
Artinya:
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (Qs. At-Tin/95: 4)
Kesempurnaan bentuk dapat dilihat dari kelengkapan organ tubuh secara fisik dan berbagai potensi yang dimilikinya, baik potensi akal, nafsu, maupun potensi qalbu. Dengan ketaatan dan kreasi manusia dalam mengelola alam ini membuktikan bahwa perannya sangat besar dalam kehidupan makhluk ini. Namun, kemuliaan manusia itu tergantung usaha maksimalnya dalam menjalankan tugasnya sebagai hamba dan tugasnya sebagai khalifah fil ardhi. Jika tugas itu tidak terlaksana, maka manusia tersebut tidak lagi menjadi mulia melainkan berkedudukan menjadi hina. Itulah yang dibina oleh Rasulullah agar umat tetap dalam keadaan mulia. Membangun manusia yang mulia itu, dilakukan melalui pengamalan ajaran Islam secara sempurna sebagaimana yang ia ajarkan.
c. Membebaskan manusia dari perbudakan
Misi memuliakan manusia juga dilihat dari perjuangan nabi membebaskan manusia dari perbudakan. Secara berangsur-angsur tetapi pasti, sistem perbudakan yang melekat pada kebudayaan Arab, bahkan terjadi di masyarakat Yunani, Romawi, masyarakat Yahudi bahkan Nasrani memperlakukan budak secara tidak manusiawi. Umat nasrani ketika itu mengakui perbudakan sebagai institusi yang sah tanpa berusaha meningkatkan status dan kesejahteraan budak.
Sementara Nabi Muhammad SAW menetapkan sejumlah peraturan yang membantu meninggikan status mereka. Beliau menegaskan tidak ada perhambaan terhadap sesama manusia. Perhambaan yang ada hanyalah antara makhluk (manusia) yang menghambakan diri kepada sang Khaliq (Allah SWT). Untuk itu, nabi menyuruh umat Islam memperlakukan budak secara adil dan memotivasi mereka untuk menebus budak tersebut untuk dimerdekakan, seperti yang pernah dilakukan oleh Abu Bakar Shiddiq yang menebus dan memerdekakan Bilal bin Rabah. Setelah umat Islam telah kuat, maka perbudakan pun dihapuskan.
d. Mengangkat derajat kaum perempuan
Nabi SAW mengajarkan untuk mengangkat derajat kaum perempuan yang sebelumnya dianggap hina. Masyarakat Arab jahiliyah menganggap anak perempuan yang mereka lahirkan sebagai aib bagi keluarga karena jika ia tumbuh dewasa hanya akan diperlakukan sebagai pemuas nafsu birahi kaum laki-laki.
Kehadiran Muhammad sebagai nabi dan rasul menghapus perlakuan tersebut. Hal itu dapat dilihat dari konsep Islam yang menyamakan antara laki-laki dan perempuan yang beriman dalam beribadah kepada Allah SWT. Firman-Nya:
وَمَن يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتَ مِن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُوْلَـئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلاَ يُظْلَمُونَ نَقِيراً
Artinya:
Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun. (Qs. An-Nisa’/4: 124).
e. Nabi SAW mengajarkan bahwa manusia yang paling baik adalah yang banyak memberikan manfaat kepada orang lain.
Nabi senantiasa memotivasi umat agar hidup mulia dan bermanfaat. Hal itu dapat dilihat dari sabdanya:
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
Artinya: Sebaik-baik manusia adalah orang yang banyak memberikan manfaat bagi orang lain.
Dengan demikian, umat Muhammad akan selalu berbuat baik kepada sesamanya dan menghindarkan diri dari hal-hal yang dapat merusak persaudaraan. Kehadirannya tidak menyusahkan, tetapi menguntungkan, menyenangkan dan memberi manfaat bagi orang di sekitarnya.
3. Sebagai rahmat bagi alam semesta, pembawa kedamaian, kesejahteraan, dan kemajuan masyarakat.
Salah satu misi terpenting adalah sebagai rahmat bagi sekalian alam. Hal ini ditegaskan Allah SWT dalam firman-Nya surat al-Anbiya’ ayat 107:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.
Salah satu makna rahmat dalam ayat di atas adalah kebaikan. Maksudnya, Allah mengutus Nabi Muhammad SAW menjadi rasul demi kebaikan seluruh alam. Hal itu terbukti dengan berbagai perubahan yang berhasil dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW terhadap bangsa Arab, dan perubahan yang berhasil dilakukan oleh umat Islam terhadap dunia pada umumnya. Di antara perubahan yang berhasil ia lakukan adalah:
a. Segi Keagamaan
Sebelumnya, bangsa Arab yang dikenal dengan zaman jahiliyah menyembah patung dan batu-batu berhala. Mereka juga menyembah hewan-hewan kurban di hadapan berhala tersebut demi untuk memuliakannya. Mereka berada dalam kemusyrikin yang nyata. Kemudian dengan diutusnya nabi Muhammad SAW, kepercayaan itu berganti dengan keyakinan tauhid, dimana hanya Allah yang patut untuk disembah. Semenjak itu, masyarakat Arab memiliki peradaban yang tinggi dan menganut agama tauhid yang sesungguhnya.
b. Segi Kemasyarakatan
Zaman jahiliyah juga ditandai dengan buruknya sistem kemasyarakatan. Hukum yang berlaku adalah hukum rimba dimana yang kuat berkuasa sementara yang lemah menjadi mangsa. Pertumpahan darah sering terjadi antara satu kabilah dan satu suku lainnya. Lebih ironis lagi, kaum perempuan diletakkan pada derajat yang amat hina, sehingga mereka merasa malu memiliki anak perempuan. Tidak sedikit di antara mereka yang mengubur anak perempuannya hidup-hidup.
Kedatangan Islam yang mengajarkan kemuliaan manusia dan pentingnya saling menghormati dan menyayangi satu sama lain telah membawa perubahan besar terhadap masyarakat Arab, bahkan masyarakat dunia pada umumnya. Islam telah memberikan aturan yang tegas dan jelas tentang persaudaraan, baik persaudaraan seagama, antar agama, sesuku, hingga kepada antar tetangga. Bahkan Islam mengajarkan pemeluknya untuk melakukan hubungan baik kepada Allah (hablun minallah) dan hubungan baik sesama manusia (hablun minannas). Dengan demikian, lahirlah hukum-hukum kemasyarakatan yang berdiri dengan prinsip-prinsip keadilan. Begitu pula kaum perempuan memiliki derajat yang sama mulianya dengan kaum laki-laki ketika mereka beriman dan beramal shaleh.
c. Segi Politik
Seperti yang telah dijelaskan di atas, masyarakat Arab jahiliyah selalu berperang antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Mereka tidak memiliki rasa persaudaraan dan ikatan setanah air. Mereka hanya diikat oleh rasa sesuku, atau sebatas pertalian darah. Mereka akan mengangkat pemimpin hanya dari kalangan mereka sendiri sehingga masing-masing suku memiliki pemimpin dan antara yang satu dengan yang lainnya sering berselisih sehingga terjadilah pertumpahan darah.
Islam telah merubah ikatan persaudaraan sedarah itu dengan ikatan persaudaraan seaqidah. Maka terjalinlah kesatuan atas dasar persaudaraan dan agama di bawah naungan Islam. Demikianlah bangsa Arab yang tadinya bercerai berai telah hidup berkelompok yang pada gilirannya memiliki pemerintahan yang tunduk pada hukum-hukum berdasarkan hukum Allah dan Rasulullah yang sangat adil dan sempurna.
Kemudian, Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan kasih sayang yang tidak hanya kepada manusia saja, tetapi lebih dari itu ia mengajarkan kasih sayang kepada sekalian makhluk Allah, seperti:
a. Kepada hewan dan tumbuhan hendaklah manusia memelihara dan menyayanginya. Manusia tidak boleh menyiksa binatang contohnya pada saat menyembelih hewan dilarang menggunakan alat yang tumpul sehingga menyiksanya.
b. Sebagai khalifah Allah di bumi, maka menjadi hak manusia untuk memanfaatkan alam untuk kesejahteraannya, tetapi juga menjadi tugasnya menjaga kelestarian alam. Manusia tidak boleh berbuat semena-mena dan merusak alam. Allah berfirman dalam Q.s. al-A’raf/7 ayat 56:
وَلاَ تُفْسِدُواْ فِي الأَرْضِ بَعْدَ إِصْلاَحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفاً وَطَمَعاً إِنَّ رَحْمَتَ اللّهِ قَرِيبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِينَ
Artinya:
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo'alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.
c. Kepada makhluk ghaib, seperti malaikat, kita harus mengimani bahwa mereka adalah makhluk Allah yang diciptakan dari cahaya dan mempunyai tugas masing-masing.
d. Kepada makhluk ghaib yang lain seperti jin kita harus mempercayai keberadaannya dan hidup berdampingan tanpa saling mengganggu dan menyadari bahwa manusia dan jin diciptakan hanya untuk beribadah kepada Allah SWT.
B. Perjuangan Nabi Muhammad SAW dan para sahabat dalam menghadapi masyarakat Mekah
Sebelum Islam datang masyarakat Mekah berada dalam zaman Jahiliyah dengan segala bentuk perbuatan yang dilarang oleh agama Islam, seperti judi, mabuk-mabukan, penganiayaan, perampokan, dan perzinahan merupakan bagian hidup mereka sehari-hari.
Dalam kondisi akhlak masyarakat Mekah seperti itu, Allah mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai rasul terakhir untuk menyampaikan kebenaran dan kesempurnaan wahyu Allah dengan misi utama menyeru agama tauhid kepada seluruh umat manusia. Dalam menyampaikan ajaran Islam, Rasulullah menempuh dua cara, yaitu: dakwah secara sembunyi-sembunyi dan dakwah secara terang-terangan.
Dakwah secara sembunyi-sembunyi dilakukan kepada keluarga terdekatnya. Hal ini dilakukan pada tahap awal untuk menghindari kontak fisik dengan kafir Quraisy yang kebanyakan tidak menerima dakwah nabi. Orang pertama yang menyatakan keimanannya adalah istrinya sendiri, Khadijah lalu disusul sepupunya Ali bin Abi Thalib yang ketika itu anak-anak. Menyusul pula Zaid bin Harisah, pembantu nabi yang kemudian menjadi anak angkat beliau. Begitu pula sahabat nabi sejak kecil, yaitu Abu Bakar Shiddiq.
Dengan perantara Abu Bakar, banyak pula orang-orang yang menyatakan keislamannya, seperti: Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqas, Talhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidillah bin Jarrah, Arqam bin Abil Arqam, Fatimah binti Khattab (adik Umar bin Khattab) bersama suaminya Said bin Zaid al-‘Adawi dan beberapa penduduk lainnya dari kabilah Quraisy. Mereka yang pertama beriman ini disebut sebagai assabiqunal awwalun.
Adapun tempat pembinaan para sahabat ini dilakukan di rumah Arqam, dekat bukit Shafa. Disinilah mereka mempelajari al-Qur’an dan memahami maknanya. Mereka memiliki semangat yang tinggi sehingga mereka tidak hanya pasif, tetapi aktif berdakwah kepada keluarga terdekat dan sahabat-sahabat mereka, meskipun dalam keadaan sembunyi-sembunyi.
Sekitar dua tahun kemudian, nabi dan para sahabat pun melakukan dakwah secara terang-terangan. Hal ini dilakukan nabi setelah turunnya perintah Allah seperti yang dijelaskan dalam firman-Nya surat al-Hijr/15: 94-95
فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ. إِنَّا كَفَيْنَاكَ الْمُسْتَهْزِئِينَ
Artinya:
Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya Kami memelihara kamu daripada (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan (kamu).
Suatu ketika, Rasulullah memanggil semua penduduk Mekah di bukit Shafa. Di depan orang banyak, beliau menyatakan sebagai utusan Allah yang bertugas memberi peringatan kepada manusia. Beliau menyeru mereka untuk hanya menyembah Allah dan meninggalkan berhala. Mereka yang mendengar pun langsung gaduh dan para pembesar Quraisy meluapkan kemarahannya dengan berteriak-teriak dan menganggap nabi tidak waras. Seperti Abu Lahab, berteriak “Celakalah engkau Muhammad, untuk inikah engkau mengumpulkan kami di sini?”. Ketika itu turunlah wahyu Allah:
تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ. مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ. سَيَصْلَى نَاراً ذَاتَ لَهَبٍ. وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ. فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِّن مَّسَدٍ.
Artinya:
Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut. (Qs. Al-Lahab/111: 1-5)
Sejak peristiwa itu, aksi-aksi menentang dakwah nabi pun bermunculan. Orang-orang kaya dan berpengaruh bergabung membentuk perlawanan. Nama-nama seperti Abu Sufyan, Abu Lahab, Abu Jahal, Umaiyah, Utbah bin Rabiah, Walid bin Mughirah dan masih banyak lagi yang lainnya. Mereka selalu berusaha untuk menghentikan dakwah nabi dengan berbagai cara.
Adapun bentuk cobaan, ancaman dan gangguan yang bertubi-tubi dilakukan oleh orang-orang kafir dalam menentang dakwah Rasulullah adalah sebagai berikut:
a. ejekan, hinaan, dan tuduhan-tuduhan yang sering dilontarkan oleh orang-orang kafir. Tujuan mereka adalah untuk melecehkan dan menurunkan mental umat Islam;
b. menjelek-jelekkan serta membangkitkan keraguan atas ajaran Rasulullah;
c. melawan ajaran Allah dengan dongeng-dongeng agar manusia lupa dan meninggalkan agama Allah;
d. menawarkan Rasululullah untuk menyembah berhala dan mereka pun akan menyembah Allah;
e. mengancam akan membunuh Rasulullah jika tidak menghentikan dakwah;
f. dan sebagainya.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa reaksi masyarakat Mekah menerima ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW tidaklah baik. Namun dengan kesabaran dan keimanannya, Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat tetap berjuang menegakkan agama tauhid. Mereka tidak pernah putus asa dan tetap rela berkorban, baik harta, tenaga, pikiran, bahkan dengan nyawa sekalipun. Akhirnya jumlah pengikut Nabi Muhammad SAW pun semakin banyak.
C. Meneladani perjuangan Nabi Muhammad Saw. dan para sahabat dalam menghadapi masyarakat Mekah
Perjuangan Rasulullah dan para sahabat yang tidak kenal lelah patut kita teladani, untuk mencapai keberhasilan, kemenangan, dan kebahagiaan. Di antara hal-hal yang harus kita teladani dari perjuangan nabi Muhammad SAW dan para sahabat dalam menghadapi kaum Quraisy Mekah adalah sebagai berikut.
1. Keteguhan hati
Dalam menegakkan dan memperjuangan agama Islam, nabi Muhammad SAW dan para sahabat mendapat banyak rintangan, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Namun, Rasulullah beserta sahabat mampu menghadapi berbagai rintangan tersebut dengan keteguhan hati sehingga Islam tetap berdiri dan diterima oleh masyarakat Mekah khususnya, dan pada masa-masa selanjutnya Islam tersebar begitu pesatnya hingga saat ini.
2. Keberanian
Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat memiliki keberanian dalam menghadapi segala macam tantangan, cobaan, rintangan dan tantangan dari kafir Quraisy beserta sekutu-sekutunya, seperti orang-orang musyrik, Yahudi, Nashrani. Semua itu dihadapi oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabat dengan lapang dada, berani dan pantang menyerah. Sikap keberanian nabi itu tampak beberapa kisah perjuangan nabi, seperti adanya ancaman, siksaan, bahkan pembunuhan yang dilakukan oleh kafir Quraisy terhadap para sahabat. Seperti kisah Bilal bin Rabah yang disiksa di tengah padang pasir dengan meletakkan batu di atas dadanya. Bahkan kedua orang tua Amr bin Yasir (Yasir dan Sumaiyah) syahid dibunuh oleh kafir Quraisyh. Semua itu mereka hadapi dengan keberanian, walau harus mengorbankan nyawanya.
3. Strategi kepemimpinan
Nabi Muhammad SAW dan para sahabat memberikan contoh kepemimpinan yang baik kepada umatnya. Mereka tidak mementingkan diri sendiri tetapi mementingkan kepentingan umatnya. Hal ini ditunjukkan Rasulullah ketika kaum muslimin mendapat tekanan dari kafir Quraisy, nabi Muhammad memerintahkan para sahabat hijrah ke Habsy, sedangkan nabi sendiri tetap di Mekah untuk berdakwah menghadapi kaum Quraisy dengan segala resikonya.
4. Kedisiplinan
Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya menanamkan dan memberikan keteladan tentang kedisiplinan seperti disiplin dalam beribadah maupun dalam urusan mu’amalah, seperti shalat tepat pada waktunya, serta bekerja dengan sungguh-sungguh mencari karunia Allah dan sebagiannya dinafkahkan kepada orang yang membutuhkan.
5. Kejujuran
Nabi Muhammad SAW dan para sahabat selalu bersikap jujur, baik terhadap diri sendiri maupun kepada orang lain, kapan dan di manapun. Hal ini telah dicontohkan oleh nabi sendiri dalam berdagang ketika masih berusia muda.
6. Keikhlasan
Nabi Muhammad SAW dan para sahabat ikhlas dalam berjuang menegakkan dan menyiarkan ajaran Islam tanpa mengharapkan keuntungan duniawai, akan tetapi semata-mata mengharapkan ridha Allah SWT.
7. Kedermawanan
Nabi Muhammad SAW dan para sahabat sangat dermawan, segala yang dimiliki diikhlaskan demi kepentingan agama Islam. Harta maupun jiwa dipergunakan untuk memperjuangkan agama Islam, bahkan mereka rela mati demi agama Islam. Misalnya Abu Bakar r.a. pernah menyumbangkan seluruh hartanya untuk persiapan perang. Ketika itu Rasulullah bertanya: apa yang engkau tinggalkan kepada keluargamu? Abu Bakar menjawab: aku tinggalkan kepada mereka Allah dan Rasulnya. Hal itu dilakukan Abu Bakar dengan keimanan yang kuat bahwa rezeki yang diperoleh hanya karena pemberian Allah semata.
Selain keteladanan di atas, kita juga patut meneladani perjuangan Nabi Muhammad SAW beserta sahabat dalam hal berikut ini.
a. Rasulullah memiliki akhlak yang mulia sehingga ia menjadi teladan bagi orang lain. Oleh karena itu, jika ingin melakukan perubahan maka mulailah dari diri sendiri untuk menghiasi diri dengan perbuatan terpuji.
b. Rasulullah dan para sahabatnya memiliki iman yang kuat serta keteguhan hati sehingga dalam menghadapi kesulitan seberat apapun tetap sabar, maka bersabar dan kuatkanlah keteguhan hati untuk menegakkan agama Islam.
c. Rasulullah adalah sosok pemimpin yang bisa menyatukan hati manusia. Beliau adalah pemimpin yang memiliki kemuliaan, kecerdasan, kebaikan, keutamaan, kejujuran, dan sifat terpuji lainnya. Dengan begitu, para sahabatnya sanga mencintai Rasulullah dan para musuhnya pun sangat takut. Maka jadilah pemimpin yang meneladani Rasulullah.
d. Rasulullah dan para sahabat memiliki tanggung jawab besar untuk meluruskan manusia dari kesesatan. Mereka lebih memilih melaksanakan tanggung jawab tersebut walaupun sangat sulit dari pada menanggung kerugian dan siksa di akhirat kelak. Maka bertanggungjawablah dalam segala urusan dengan tetap berlandaskan iman.
e. Rasulullah dan sahabat sangat yakin kepada hari akhirat dan adanya yaumul hisab. Oleh karena itu, mereka menguatkan hati dalam berdakwah. Maka berimanlah kepada hari akhirat dengan benar sehingga memperkuat semangat kita menegakkan agama Allah.
f. Umat Islam senantiasa diberi petunjuk dengan turunnya surat dan ayat Alquran. Alquran mereka yakini diturunkan untuk membawa kegembiraan dan keberhasilan yang sesungguhnya. Maka pelajari, pahami, hayati, dan amalkanlah al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
0 komentar:
Posting Komentar
SILAHKAN DIISI JAWABAN ANANDA DI KOLOM KOMENTAR DENGAN LENGKAP