Senin, 06 April 2020

MAKAN BERIMAN KEPADA RASUL ALLAH

Secara etimologi, kata "rasul" berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata "arsala", yang artinya mengutus, setelah dibentuk menjadi kata "rasul", maka berarti yang diutus atau utusan. Dalam hal ini seorang rasul adalah seorang yang diutus oleh Allah SWT untuk menyampaikan misi, pesan, atau risalah.

Adapun secara terminologi, rasul adalah manusia biasa, laki-laki yang dipilih oleh Allah SWT untuk menerima wahyu dan berkewajiban menyampaikan kepada umatnya. Apabila tidak diiringi dengan kewajiban menyampaikannya atau membawa satu misi tertentu maka ia disebut nabi.

Wahyu ialah firman Allah SWT yang diberikan kepada para nabi atau rasul, baik untuk dirinya sendiri atau untuk disampaikan kepada umatnya. Jadi seorang rasul berarti ia juga sebagai nabi, tetapi tidak setiap nabi itu rasul.

Beriman kepada rasul-rasul Allah termasuk rukun atau dasar keempat dari enam rukun iman. Beriman kepada rasul-rasul Allah adalah wajib bagi setiap muslim.

Jumlah nabi dan rasul yang diutus oleh Allah SWT sangat banyak, hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur'an surah Al-Mu'min ayat 78:

ولقد ارسلنا رسلا من قبلك منهم من قصصنا عليك ومنهم من لم نقصص عليك، وما كان لرسول ان يأتي باية الا باذن الله، فاذا جآء امر الله قضي بالحق وخسر هنالك المبطلون

Artinya: "Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang bathil". (Q.S. Al-Mu'min: 78)

Sesungguhnya jumlah nabi dan rasul Allah itu banyak sekali, dan hanya Allah yang Maha Mengetahuinya. Ayat tersebut menjelaskan kepada kita bahwa para nabi dan rasul sebelum Nabi Muhammad SAW yang diutus kepada kaumnya berjumlah banyak, akan tetapi tidak semuanya diterangkan dalam Al-Qur'an. Adapun jumlah rasul-rasul yang wajib kita ketahui disebutkan dalam Al-Qur'an, sebanyak 25 orang.

Sebagai mu'min dan muslim, kita memiliki dua pedoman hidup yaitu Al-Qur'an dan Al-Hadits dalam menjalani hidup ini. Al-Qur'an merupakan firman Allah SWT yang terjaga keasliannya sepanjang masa, sedangkan hadits adalah rekaman perilaku Rasulullah SAW (ucapan-ucapannya, perbuatan-perbuatannya, dan takrirnya) yang telah dijaga keteladanannya. Firman Allah SWT dalam Al-Qur'an surah Al-Ahzab ayat 21:

لقد كان لكم في رسول الله اسوة حسنة لمن كان يرجوا الله واليوم الاخر وذكر الله كثيرا

Artinya: "Sungguh, telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah". (Q.S. Al-Ahzab: 21)

Nabi Muhammad SAW bersabda:

اكتب عني ما خرج من فمى الا حق

Artinya: "Tulislah dariku (apa-apa yang kamu dengar), tidak ada yang keluar dari mulutku kecuali kebenaran".

Makna beriman kepada rasul-rasul Allah SWT berarti meyakini dengan sepenuh hati bahwa para rasul adalah orang yang dipercaya menerima wahyu dari Allah SWT untuk disampaikan kepada umat manusia agar mereka beriman dan meneladaninya.

Untuk meneladani Rasul Allah, kita harus mengenal dulu siapa Rasul Allah itu (ma'rifah ar-Rasul) yang diiringi keyakinan Ilahiyah yang tinggi. Tidak mungkin kita meneladani dan mencintai seseorang jika tidak mengenalnya terlebih dahulu.

nabi muhammad rasul Allah yang terakhir
Sumber gambar : zakat.or.id

Untuk mencintai Nabi Muhammad SAW yang harus kita bayangkan bukan gambaran fisiknya, tetapi keagungan kepribadian dan akhlaknya. Kita tidak boleh terpukau oleh hal-hal lahiriah saja, namun harus menembus rasa cinta yang didasarkan pada hal-hal yang tidak nyata, dapat diraba dan dilihat.

Keindahan itu bukan hanya pada bentuk material, melainkan pada aspek spiritualnya. Salah satu wujud bahwa kita cinta kepada nabi, yaitu harus membiasakan diri bershalawat. Ingatlah, bahwa Nabi Muhammad tidak memerlukan shalawat dari kita, tapi kitalah yang perlu bershalawat kepadanya.

Andaikan tidak ada manusia yang bershalawat padanya, Nabi Muhammad tetap akan menempati surga di tempat yang paling istimewa. Hal ini bisa dipahami bahwa Allah SWT tidak memerlukan shalatnya manusia, tetapi justru kita yang membutuhkannya.

Untuk mengenal Nabi Muhammad SAW lebih jauh lagi, kita harus memahami betul bahwa Nabi SAW di samping sebagai rasul juga merupakan manusia biasa yang memiliki kebutuhan seperti makan, minum, tidur, nikah, sakit, senang, dan sifat-sifat manusiawi lainnya.

Firman Allah SWT dalam surah Al-Furqan ayat 20: 

وما ارسلنا قبلك من المرسلين الا انهم ليأكلون الطعام ويمشون فى الاسواق

Artinya: "Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu (Muhammad), melainkan mereka pasti memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar". (Q.S. Al-Furqan: 20)

Sebagai pembawa risalah, Nabi Muhammad SAW merupakan sosok yang sempurna tanpa ada aib sedikit pun, baik secara fisik maupun sikapnya yang sering kali digambarkan oleh Aisyah bagaikan Al-Qur'an yang berjalan.

Beriman kepada Nabi Muhammad SAW berarti kita wajib untuk meneladaninya dan mengikuti ajarannya, serta meyakini tugas-tugas nabi sebagai saksi (syahiidan), pembawa kabar gembira (mubasysyiran), dan sebagai pemberi peringatan (nadziiran).

Dengan memahami fungsi nabi tersebut kita akan mengikuti semua petunjuk dan ajaran yang diberikan olehnya kepada kita. Dalam hal ini Allah Ta'ala berfirman dalam Al-Qur'an surah Al-Ahzab ayat 45:

يايها النبي اتا ارسلنك شاهدا ومبشرا ونذيرا

Artinya: "Wahai nabi! Sesungguhnya Kami mengutusmu untuk menjadi saksi, pembawa kabar gembira, dan pemberi peringatan". (Q.S. Al-Ahzab: 45)

Secara Islami, seorang muslim wajib beriman kepada seluruh nabi dan rasul yang telah diutus oleh Allah SWT, baik yang disebutkan maupun yang tidak disebutkan dalam Al-Qur'an, juga wajib membenarkan semua rasul dengan sifat-sifat mereka, serta kelebihan dan keistimewaan satu sama lain, termasuk dalam hal tugas dan mukjizat masing-masing seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur'an Al-Karim dan Sunnah Rasul.

Karena itu dapat dikatakan bahwa, tidak sah iman seseorang yang menolak beriman walau hanya kepada seorang nabi atau rasul yang diutus oleh Allah SAW. Sehubungan dengan itu, Allah SWT memperingatkan kita dengan firman-Nya dalam Al-Qur'an surah An-Nisa ayat 150-151:

ان الذين يكفرون بالله ورسله ويريدون ان يفرقوا بين الله ورسله ويقولون نؤمن ببعض ويريدون ان يتخذوا بين ذلك سبيلا. اولئك هم الكفرون حقا، واعتدنا للكفرين عذابا مهينا

Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang ingkar kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud membeda-bedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan, "Kami beriman kepada sebagian dan kami mengingkari sebagian (yang lain)," serta bermaksud mengambil jalan tengah (iman atau kafir), merekalah orang-orang kafir yang sebenarnya. Dan kami sediakan untuk orang-orang kafir itu azab yang menghinakan". (Q.S. An-Nisa: 150-151)

Salah satu kekhususan terhadap Nabi Muhammad SAW ialah, bagi setiap muslim wajib mengimani bahwa Nabi Muhammad SAW adalah penutup para nabi dan rasul.

Jadi tidak ada lagi nabi dan rasul sesudah beliau, dan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Afdhal Al-Anbiya wal Mursalin (yang paling utama dari seluruh nabi dan rasul) dan tentu saja beliau adalah Afdhal Al-Khalaq (makhluk Allah yang diutamakan). (H.R. Muslim dan Turmudzi).

Kita sebagai seorang mukmin dan muslim wajib mengikuti dan melaksanakan syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, dan semestinya dilaksanakan juga oleh seluruh umat manusia sekarang karena syariat yang dibawa oleh rasul-rasul terdahulu itu telah disempurnakan oleh Muhammad SAW. Terdapat benang merah hubungan misi atau risalah para nabi, mulai Adam a.s sampai dengan Muhammad SAW.

Bagaimana komentar wanita-wanita Ansor bertanya tentang Rasulullah usai Perang Uhud yang banyak membawa korban itu? Ketika Perang Uhud usai, seorang sahabat memberitahukan kepada wanita Ansor bahwa ayah, saudara, dan suaminya telah meninggal dalam peperangan, lalu wanita Ansor tersebut dengan serta-merta menanyakan: "Lalu bagaimana dengan Rasulullah?" "Alhamdulillah, Rasulullah sebagaimana yang kau inginkan", ia selamat," jawab sahabat. Akhirnya wanita Ansor tersebut menemui Rasulullah dan berseru: "Semua musibah terasa ringan setelah melihatmu, wahai Rasulullah."

Rasulullah bagi mereka bukan sekedar nabi, tapi juga sebagai pemimpin, sahabat, sekaligus orang tua mereka. Kebaikan, kasih sayang, dan perhatian Rasulullah begitu membekas sehingga ketika mereka diminta penjelasan tentang bagaimana akhlak rasul, air mata mereka sering kali berlinang karena mengenang kebesaran Rasulullah SAW.

Umar bin Khatthab seorang sahabat yang terkenal gagah dan tegar, suatu ketika ditanya oleh seorang badui mengenai akhlak Rasulullah, beliau menjawabnya dengan linangan air mata bahwa Rasulullah sebagaimana ditegaskan Aisyah, bahwa akhlak Rasulullah adalah Al-Qur'an (H.R. Ahmad). Aisyah menjelaskan akhlak Rasulullah sangat sempurna, tidak ada cela sedikitpun sebagaimana halnya Al-Qur'an. Bahkan bisa dikatakan bahwa Rasulullah SAW adalah Al-Qur'an yang berjalan.

0 komentar:

Posting Komentar

SILAHKAN DIISI JAWABAN ANANDA DI KOLOM KOMENTAR DENGAN LENGKAP

Popular Posts